Labels

Sunday, August 5, 2012

Balada Riya'


Bismillah,

Nabi sallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Yang paling aku takutkan dari kalian adalah syirik kecil." Ketika beliau ditanya tentang apa itu syirik kecil, beliau bersabda, "Riya." 
(HR. Ahmad)

Dari segi bahasa, kata riya’ masih satu akar dengan kata ru’yah yang berarti penglihatan. Riya’ artinya melakukan suatu amalan karena ingin dilihat oleh manusia. Ia merupakan antonim dari kata ikhlas. Namun, walaupun bertolak belakang, keduanya hanya dipisahkan oleh sekat yang tipis. Hanya sang pelaku dan Allah subhanahu wata ‘ala yang mengetahui batas itu. Seperti yang tercantum dalam hadits di atas, riya’ merupakan syirik kecil. Berarti, ketika seseorang melakukan riya’, dia berada dalam kondisi mempersekutukan Tuhan, meskipun masih dalam taraf rendah / kecil. 




Setiap ingin melakukan suatu amalan, kata ikhlas dan riya’ terus meraung-raung silih berganti. Hingga akhirnya sampai pada satu titik, ada keengganan untuk melakukan amalan ketika berada di kerumunan; ketika orang lain bisa melihatnya. Alasannya, takut riya’. Tadinya, itu pendapat pribadi yang secara konsisten bercokol di benak ini. Akibatnya, potensi amalan menjadi terbatasi. Namun ternyata, malam ini ketemu petunjuk tak terduga.

Dalam salah satu  tulisan di sebuah blog yang menjelaskan tentang riya’, ada suatu penggalan yang membuat pribadi ini kembali berpikir. 

Fudhail bin Iyadh berkata, "Meninggalkan amal karena orang lain adalah riya’, beramal karena orang lain adalah syirik, dan ikhlas adalah apabila Allah menyelamatkanmu dari keduanya." (Syu'abul Iman, Al-Baihaqi) 

Kalimat pertama yang paling menggelitik. “Meninggalkan amal karena orang lain adalah riya”. Yang jika disederhanakan berarti : takut riya’ adalah riya’. Kalimat itu ibarat oli pelumas yang melancarkan kembali gerakan engsel yang sudah karatan. Salah satu berkah Ramadhan tahun ini. Alhamdulillah. Dan menjadi bahan refleksi diri selama ini atas pemikiran yang salah. Astaghfirullah. Sampai-sampai tidak bisa tidur (mungkin sampai waktu Subuh). Dan akhirnya, sekalian nge-blog bikin tulisan ini.

Sampailah pada kesimpulan bahwa segala sesuatu memang tergantung pada niatnya. Sebab, niat adalah pondasi dari setiap amalan yang akan di kerjakan. Dan pondasi itu perlu di balut dengan rasa ikhlas. Sepertinya sulit, tapi yang penting ada usaha untuk mencapainya.   
PR terkini adalah saat membuat tulisan ini. Semoga dijauhkan dari sifat riya’ dan menjadi satu amalan baik. Aamiin.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al-Khattab , dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”. 
(HR. Bukhari dan Muslim)


--- o ---

No comments:

Post a Comment