Labels

Saturday, April 28, 2012

The Art of Patience


Alkisah, ada seorang pemuda muslim. Wajahnya cukup rupawan, namun dari keluarga yang pas-pasan. Dia lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), namun tanpa ijasah. Penyebabnya adalah adanya tunggakan biaya administrasi yang belum dibayarkan, sehingga pihak sekolah terpaksa “menahan” ijasahnya. Bahkan hingga bertahun-tahun kemudian, ijasah itu masih belum “ditebusnya”. 

Lulus sekolah, dia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, melainkan bekerja. Tanpa ijasah SLTA, dia tetap semangat mencari kerja. Berbagai jenis pekerjaan pun, dia jalani. Salesman, kuli, apapun itu. Walaupun gajinya kecil, dia tetap menjalaninya. Sempat juga dia mendapat pekerjaan sebagai operator mesin yang “mengganggu” aktivitas ibadah Jumat-nya. Dikarenakan mesin bekerja 24 jam, waktu kerja operator dibagi menjadi 3 shift, masing-masing 8 jam dan di rolling tiap minggu. Jadi terkadang, dia tidak bisa menjalankan ibadah sholat Jumat dan terpaksa menggantinya dengan sholat Dzuhur. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Ketika kontrak kerjanya habis, perusahaan tidak memperpanjangnya. Alhasil, dia akhirnya menganggur.

Selama menganggur, dia terus berusaha mencari informasi lowongan pekerjaan. Tanpa ijasah SLTA, dia hanya mengandalkan riwayat pengalaman kerjanya. Tapi, selain mencari kerja, ada hal lain yang dia cari..., calon istri. Beberapa kali, dia melakukan ta’aruf. Tapi, kecocokan itu belum kunjung tiba. Ada kalanya dia yang merasa tidak cocok. Lain waktu, wanitanya yang merasa kurang sreg. Hingga akhirnya, dia bertemu dengan-nya. Seorang wanita yang mau menerima kondisinya apa adanya, meskipun saat itu dia tidak mempunyai pekerjaan. Ternyata, segala urusannya pun di mudahkan. Orang tua keduanya merestui hubungan mereka. Jadilah mereka menikah. Bekal yang dia bawa hanya uang sekitar 1 juta rupiah plus mas kawin seperangkat alat sholat. Berangkatnya pun hanya ditemani kakak lelakinya, dikarenakan kondisi ibunya yang sudah tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh, sedang ayahnya sudah meninggal dunia. Pernikahan itu pun dilangsungkan secara sederhana. 

Ternyata pernikahan itu mendatangkan rejeki yang tidak terduga. Dua bulan kemudian, dia mendapat pekerjaan baru. Istrinya pun turut bekerja di perusahaan lain. Alhasil, pemasukannya jadi dobel. Puncak kebahagiannya terjadi beberapa bulan kemudian. Pasangan tersebut di karuniai anak perempuan. Namun berikutnya, ujian berat mulai datang.

Bersambung....

No comments:

Post a Comment